Senin, 29 Desember 2008

Happy New Year...?!

“Artinya : Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu” [At-Taubah : 36]

Assalamualaikum Friends...
Mumpung masih hangat nih...Ngemeng-ngemeng masalah tahun baru Hijriah dan tahun baru Masehi... Apakah diantara keduanya patut dirayakan? Atau lebih baik merayakan tahun baru Hijriah daripada tahun baru Masehi? Saya sendiri tidak pernah raya-merayakan sih... Dan memang tidak ada niat sama sekali merayakannya. Paling hanya memantau aktifitas mereka lewat TV.
Orang pun lebih mudah untuk berkata "TIDAK" jika yang dimaksud adalah perayaan tahun baru Masehi. Yaitu dengan memenuhi suatu tempat. Disitu ada jam berukuran besar, lalu menghitung mundur waktu sampai tiba detik tahun baru. terompet gegap gempita bersahutan. Kembang api sejuta bentuk dan warna menghiasi langit. Apalagi, lucunya kebijakan ekonomi Indonesia membuat kita ingin tertawa sambil menangis. Setiap tahun, jatah pembangunan adalah sekian persen. Jika pada akhir tahun menjelang laporan pertanggungjawaban ternyata dananya masih sisa, maka anggaran tahun berikutnya akan dikurangi. tak heran jika milyaran rupiah berubah menjadi asap di langit kelam. Kembang api tidaklah murah, apalagi diimpor dari luar negeri. Kenapa tidak dialokasikan kepada sektor lain yang manfaatnya berpihak kepada rakyat? Kenapa, eh kenapaaa? (lho, kok jadi kayak lagunya Rhoma Irama sih).
Hanya saja kecendrungan orang memandang bahwa lebih baik merayakan tahun baru Hijriah daripada Masehi. Seakan-akan lebih "islami", gitu... Mungkin ada yang khusus mengadakan acara muhasabah atau kontemplasi dalam rangka menyambut pergantian tahun baru Islam. Tak sedikit pula yang disambung dengan sholat Tahajjud bersama, lalu bersambung dengan tushiyyah. Atau mungkin zikir berjamaah?
Tulisan ini tidak bermaksud memprovokasi pihak yang pro atau kontra terhadap fenomena tsb. Saya membaca disebuah artikel, bahwa ucapan selamat tahun baru Hijriah adalah salah bentuk dari tasyabbuh/aktifitas yang menyerupai perbuatan orang kafir. Disini dianalogikan sebagai ucapan selamat hari natal dan sebagainya. Muhasabah, sholat Tahajjud, zikir adalah amalan sunnah yang sangat baik untuk dilakukan. Kalau menurut Friends gimana ya, mengamalkan ibadah-ibadah tersebut khusus dimalam pergantian tahun? Singkatnya, pada malam tahun baru ada ibadah khusus yaitu membaca Alquran, sholat Tahajjud bersama atau zikir bersama....? Saya kira Friends mampu menjawabnya...
Bicara masalah tahun baru Muharram, perayaan tsb tidak hanya dilakukan oleh kita-kita. Syi’ah umpamanya, -mayoritas di Iran, meskipun di Indonesia sudah meruyak di berbagai sudut kota dan desa-, memiliki keyakinan tersendiri tentang Muharram (Suro). Terutama pada tanggal 10 Muharram, mereka mengadakan acara akbar untuk memperingati dan menuntut bela atas meninggalnya Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib di Karbala.
Yang jelas, Muharam termasuk bulan yang mulia disamping bulan Rajab, Dzulqo’dah dan Dzulhijjah. "Allah menyebut secara khusus empat bulan ini dan melarang perbuatan dzolim pada bulan-bulan tersebut sebagai pemuliaan, walaupun perbuatan dzolim itu juga dilarang pada setiap waktu, seperti firman Allah. Pada bulan Muharram ini terdapat hari yang pada hari itu terjadi peristiwa yang besar dan pertolongan yang nyata, menangnya kebenaran mengalahkan kebathilan, dimana Allah telah menyelamatkan Musa ‘Alaihis sallam dan kaumnya dan menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya. Hari tersebut mempunyai keutamaan yang agung dan kemuliaan yang abadi sejak dulu. Dia adalah hari kesepuluh yang dinamakan Asyura.
So...? Kesimpulannya ada pada diri kita semua...
Wassalam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suka atau Tidak Suka, Kasih Komentar yaaa...