Kamis, 17 Maret 2011

LELAKI YANG MENUNJUK SYURGA

16 Maret 2011
(Our 7th Anniversary)
---Yaa Allahu Rabbi
Jika suami ku ini adalah pilihanMu di Arash
Berilah aku kekuatan dan keyakinan untuk terus bersamanya
Jika suami ku ini adalah suami yg akan membimbing tanganku dititianMu
Berikanlah aku sifat kasih dan ridha atas segala perbuatannya
Jika suami ku ini adalah bidadara untuk ku di JannahMu
Limpahkanlah aku dengan sifat tunduk dan ta’wadu akan segala perintahnya
Jika suami ku ini adalah yang terbaik untukku di duniamu
Peliharalah tingkah lakuku serta kata-kataku dari menyakitkan perasaannya
Jika suami ku ini jodoh yang dirahmati olehmu
Berilah aku kesabaran untuk menghadapi segala rupa dan ragamnya---

Lebih dari pukul satu dini hari kedua mataku yang sembab tak dapat juga terpejam. Jika terpejampun, yang tampil adalah layar yang penuh warna. Ada hitam mewakili kelamnya perasaan dan jiwa yang penuh dosa. Ada putih yang mewakili taubat dan kesadaran jiwa. Kutemukan warna merah yang membuatku semangat berbakti buat keluarga dan semua. Binar-binar kuning dan orange yang mampu membawaku kepada sensasional dan kreatifitas yang seakan tiada matinya. Semua itu karena kehadiran dirimu, sayangku…

Di dunia yang penuh kehijauan ini membuatku seperti tidur di tilam belusdru beralaskan sutra halus. Birunya cinta dan rindumu tak mampu membuatku berpaling ke rumah sebelah yang mungkin orang lain menganggap lebih indah….
Badan ini berbolak-balik ke kanan dan ke kiri. Memandangi wajah lelahmu setelah seharian bekerja, ada rasa haru yang dalam. Kadang aku menganggap curhatmu itu sebagai tanda cengeng. Tentu saja aku salah menganggap remeh curhatmu. Air mata tak dapat kubendung saat kubayangkan seperti apa kerasnya dunia di luar rumah cinta kita. Panas terik matahari yang mendekati musim panas tidak bisa dianggap sejuk lagi seperti musim dingin. Lalu lalang kendaraan yang tak karuan seperti batu bata yang ambruk. Belum lagi bunyi klakson dari berbagai penjuru yang pastinya menambah stress di jalanan. Memang berat sekali perjuangannya demi menjemput rizki. Pantas engkau berkeluh kesah. Sudah sepantasnya engkau berbagi demi mengurangi beban itu.

Aku memang bukan wanita sempurna. Dan engkau juga bukan lelaki sempurna. Tapi kita tetap berusaha untuk menciptakan keluarga yang sempurna. Sangat jauh jaraknya dengan peri kehidupan Rasulullah dan para sahabat beliau. Panutan sungguh fantastis kesempurnaannya. Bohong jika sebuah keluarga tidak pernah ada pertengkaran. Dusta jika dalam sebuah keluarga tidak pernah terjadi silang pendapat. Tak betul jika suami istri yang diikat oleh jalinan suci memiliki isi kepala yang sama sepanjang kebersamaannya. Dan itu sering terjadi diantara kita. Aku yang egois, ditandingi oleh sifat engkau yang mengalah. Terkadang sebaliknya, suatu saat aku yang harus mengalah. Aku yang tergesa-gesa, engkau mencontohkan ketelitian. Dan itupun kadang yang terjadi sebaliknya… Kita memang bukan manusia-manusia yang sempurna.. Namun kita berusaha untuk menciptakan suasana keluarga yang sempurna.

Seperti rumah laba-laba yang kuat, engkau membuatkanku rumah jiwa yang seperti itu. Membuat aku yang labil menjadi lebih stabil. Mendidik aku yang mudah merajuk menjadi wanita yang sedikit dewasa. Dan engkau menunjukkanku jalan kepada syurga. Hanya satu yang engkau pinta dariku yaitu ketaatan selama tidak berada dalam kemaksiatan. Taat kepadamu berarti taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta kepadamu berarti cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Berbakti melayanimu berarti “berbakti” kepada Allah juga. ..
"Apabila seorang isteri telah mendirikan sholat lima waktu dan berpuasa bulan Ramadhan dan memelihara kehormatannya dan mentaati suaminya, maka diucapkan kepadanya: Masuklah Surga dari pintu surga mana saja yang kamu kehendaki."(Riwayat Ahmad dan Thabrani).



Jumat, 10 Desember 2010

Hari yang Aneh

Suatu malam yang mencekam tanpa seorangpun kawan, saya tinggal sendirian di rumah. Tapi tidak benar-benar sendiri ding, ada Dude yang menemani dalam lelapnya (terima kasih Dude sayang..sehingga emBun bisa dengan tenang menulis cerita ini). Suami saya yang setia sedang pergi untuk bertemu gebetan lainnya. Weiiitttss..katanya setia? Tapi kok malah janjian ama gebetan nich...? Gebetan bukan sembarang gebetan.. Tapi dia adalah kawan-kawan yang telah menunggu untuk sekedar bercerita tentang masa depan dan cita-cita.

Di tengah asyiknya kletak-kletuk tuts komputer ini (Maaf Dude kalau dikau terganggu olehnya), terdengar orang mengucap salam. Saya jawab dalam hati karena nggak mungkin dong teriak-teriak sementara orang tersebut diluar pintu gerbang...? Saya pikir itu adalah abang sayang...tapi kok suaranya lain...? Agak ragu-ragu saya mendekati pintu gerbang. Tak lama kemudian terdengar salam dari seorang laki-laki yang memang sangat berbeda suaranya.

"Alaikum salam" jawab saya pelan-pelan sekedar didengar oleh somebody yang diluar sana.

"Ana syurthoh"

(Haaaahhh...sejak kapan Ana Althofunnisa berubah profesi jadi polisi???)

Agak deg-degan juga syyiih...Kok malam-malam "diapelin" polisi.

"Zaujii maafii". Saya bilang seadanya kalau suami lagi enggak ada di rumah. Ya Allah..ada apa nih ya...? Beragam tanda tanya melayang-layang diotakku. Apa karena mobilnya diparkir diatas trotoar ya? Jangan-jangan ada "salam tempel" dari polisi. 300 riyal, 500 riyal atau berapa nih pinalty-nya?

"What is the problem, sir?"

"Ana...ana maafii problem (dicampur-campur gitu bahasanya). But I will call your husband" jawab sang syurthoh dibalik pintu gerbang.

"Oke, you can call my husband. Could you see some numbersthat written on the door sir? Saya pura-pura tenang aja, padahal dag-dig-dug dhuaaarr juga hati ini.

"Ritten mam...What mam...? Nampaknya polisi tersebut minta diulang lagi pertanyaannya.

Lalu saya bilang bahwa ada nomor HP yang ditulis di pintu gerbang dan silahkan dicatat bila memang diperlukan.

"Oke mam. Thank you"

"No problem,sir" Kuberanjak masuk rumah lagi tapi langkahku agak terhenti.

"Yes mam, no problem". Suara polisi itu terdengar lagi.

Hallaaahhh..kirain dia udah pergi. Kok sempat-sempatnya menjawab no problem juga.

Selang beberapa lama, saya telepon suami tercintah untuk memastikan apakah ada yang menelepon beliau.

"Entah tuh dek..Polisi salah alamat kayaknya. Moso' dia nanya, katanya saudara perempuan abang hilang?

Masya Allah...rupanya polisi bisa salam sasaran juga thoooo...Saudara perempuan suami saya semuanya di Indonesia, tidak ada yang ikutan tinggal di Qatar,pak polisiii...

"Apakah polisi itu sebetulnya Vincent Rompies kali ya bang...?"

Hahahaha..kami berdua tertawa lepas sekaligus lega karena ternyata pada akhirnya tidak ada salam tempel di mobil kami...Alhamdulillah...

Betul-betul hari yang aneh.....!

(Jadi Takut Ditinggal Sendirian Dechhh)

KUTERLAMBAT MENYAMBUT CINTANYA

Di dunia ini tak ada yang sempurna. Justru dengan ketidaksempurnaannya itulah, dia menjadi sosok manusia. Tidak ada manusia berwujud malaikat yang mampu dibilang tidak ada cacat cela. Segala yang ada harus disyukuri meski dianya jauh dari apa yang kita harapkan.Selembar kertas diletakkan di atas tanah yang masih merah. Agar aku tidak mengusiknya, sebuah lidi ditancapkan diatasnya. Akupun tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mengintip paragraf-paragraf yang tertulis diatasnya. Sebuah surat merah jambu yang masih harum...

"Aku mengenalnya setelah dijodohkan oleh guru mengajiku. Dan kebetulan orangtuaku menyukainya. Maka gayung bersambut.."

Curhatnya suatu sore yang sinar mataharinya semburat oranye, pertanda matahari akan segera turun dari singgasananya.Aku diam saja. Membiarkannya bermain dalam memori yang dalam. Kudengar helaan nafasnya untuk kembali bercerita.

"Istriku mempunyai geng. Diantara kawan-kawan wanitanya tersebut, dia bukanlah yang paling cantik. Bahkan paling biasa saja. Namun senyumnya yang paling luar biasa dari semua kawannya"

Aku bertanya dalam hati, apa maksud dari keluarbiasaan senyum istrinya tersebut.

"Iya...senyumnya kulihat paling tulus. Orang yang dengki kepadanya pun jika melihat senyumnya, maka akan sirna kedengkian dalam hati. Bibirnya tidak semerah mereka yang memoleskan lipstik. Pipinya tidak merona seperti mereka yang memoleskan blush on. Tapi ajaibnya... bibirnya mampu membentuk sebuah senyum yang tulus.Dan pipinya membentuk lesung pipit yang semakin menggambarkan ketulusannya" jelasnya tanpa aku sempat bertanya kepadanya.

Kubayangkan senyum seperti itu memang indah. Jadi teringat artis Cameron Diaz dengan lesung pipit yang membuatnya seperti tersenyum tanpa dibuat-buat.Lalu dia bercerita bahwa betapa indahnya rumah tangga yang dibina. Meski menurut kawan-kawan lelaki itu mengatakan bahwa istrinya tidak pernah terlihat cantik walau sudah berdandan, tapi banyak hal yang tidak mereka rasakan. Kecantikan pribadi yang dia pancarkan setiap saat, yang hanya dinikmati oleh sang suami saja.

"Dia sangat taat kepada perintahku meski terkadang dia juga suka memberi arigumentasi. Namun demi kepuasanku, dia tidak membantahnya.Rumah bersih dan pakaianku selalu rapi. Dengan orangtuaku dan saudaraku, dia juga akrab dan hormat"

Kuimajinasikan lewat ceritanya bahwa sang istri begitu lembut tutur katanya dan pandai mengatur keuangan. Ditengah-tengah bulan saat kawan-kawannya mencari hutang kesana-kemari, sang istri masih memiliki uang belanja ekstra. Bahkan akhir bulan, dirinyalah yang sering dimintai pertolongan untuk menutupi kebutuhan kawan-kawanya. Sepertinya wanita itu mendekati sempurna. Wanita yang pandai menghargai kerja keras suami diluar sana.Memang luar biasa. Kuhembuskan sedikit udara ke wajahnya. Tiba-tiba lelaki itu berubah seperti sedikit mengeluh.

"Tapi sejak terapi untuk medapatkan anak, tubuhnya menjadi sangat subur. Apalagi wajahnya yang kian banyak ditumbuhi jerawat batu. Terus terang, aku tidak suka dengan perempuan yang terlalu gemuk. Dan juga, tidak mau kalau istriku jerawatan"

Kali ini, kutampar wajahnya. Bukankah dia adalah pendamping yang nyaris sempurna yang dengan teliti melayani kebutuhan dan menuruti nafsu kepemimpinan seorang lelaki sepertimu? Dan itu sangat-sangat cukup untuk menjadi alasan agar dicintai dan diromantisi. Namun lelaki itu tidak marah ketika aku memiliki pemikiran begitu. Justru yang ada adalah wajah yang tiba-tiba berubah malu, bersemu merah.

"Yang tidak dapat aku lupakan adalah ucapan-ucapan cintanya. Disela-sela kesibukanku, dia sering mengirim sms cinta yang membuat aku semangat. Sering juga menulis di Wall facebook-ku dengan kalimat-kalimat yang menyanjungku. Sampai kawan-kawan iri dengan pujiannya. Padahal perhatianku padanya biasa saja..."

Air mata... Ya, air mata menitik di kedua matanya. Kemudian mengalir ke sudut hidung dan berhenti di sudut bibir. Kuusap halus air matanya agar menguap.

"Aku mungkin sering membuatnya sedih. Setiap sms cinta yang dia kirim tak pernah kubalas. Paling aku balas dengan pertanyaan: sudah masak apa belum? Atau: rumah sudah rapi khan? Pakaian kerjaku sudah licin khan?... Harusnya aku membalas dengan hal yang sama, I Love You Much..."

Aku mengiyakan saja. Aku dapat merasakan -mungkin- betapa kecewa wanita itu jika ucapan-ucapan cintanya tidak ditanggapi. Bukankah cinta juga harus diverbalkan? Diucapkan untuk lebih memantapkan perasaan dan kepuasan jiwa. Lelaki sering mengabaikan hal ini, sedang wanita -istri kita- sangat membutuhkan kalimat cinta dari suaminya meski mengucapkannya sambil menulis sms atau sambil mencukur kumisnya. Tidak harus disampaikan dibarengi dengan sekuntum bunga yang harum atau sebatang coklat yang lezat.Kumainkan sedikit rambutnya begitu pula ujung dasinya. Nyatanya, air mata malah tambah bercucuran seakan air hujan mulai turun dari langit. Aku bingung, apakah usikanku terlalu keras buatnya sehingga dia tersinggung?

"Bodohnya aku....! Dan mungkin aku adalah lelaki yang paling berdosa kepadanya...!"

Haiii... kenapa dengan lelaki yang menyalahkan diri sendiri itu?

"Ribuan kata-kata cinta tak pernah satupun aku balas kecuali pada saat anniversary pernikahan kami. Iya, hanya sekali saja ucapan cintanya aku balas. Itupun tanpa diiringi oleh kecupan hangat. Aku memang tidak romantis. Aku memang tidak pandai meluahkan cinta. Yang aku lakukan hanyalah bekerja dan bekerja hingga kami bisa melunasi rumah yang cicilannya 10 juta perbulan itu."

Kupikir, dia laki-laki yang cukup bertanggungjawab. Kunilai dari ceritanya bahwa meski istrinya tidak secantik istri kawan-kawannya, dia tetap membawa sang istri ke acara-acara resmi kantornya. Memenuhi kebutuhan sang istri tanpa kurang suatu apapun. Selalu membawanya ke orang tua sang istri atau saudara-saudaranya jika rasa rindu melanda.

Air mata itu tetap deras mengalir ke ujung dagunya kemudian jatuh ke kemeja krem. Aku jadi tidak berani bergerak. Sementara matahari sudah sepertiganya tenggelam. Semburat orange berubah menjadi jingga, pertanda malam akan segera menyelimuti area itu.

"Sampai peristiwa tragis itu terjadi, aku tidak juga membalas sms cintanya yang beruntun. Kuingat beberapa isinya adalah:

--- Cintaku yang perkasa... sudah selesai apa belum rapat perebutan tendernya? Semoga sayangku menang ya..."

Beberapa isinya adalah rayuan ringan:

--- Nina ingiiin nanti sayangku yang pilih bajunya ya. Pasti sangat cocok kalau Nina pakai"

--- Kutunggu kepulangan sayangku dengan segelas green tea dan risoles basah ya sayang... Jangan sampai telat. Jaga kesehatannya"

Dan puluhan sms dalam sehari itu tidak dia balas kecuali dengan dua huruf, YA atau OK. Dirinya tak habis pikir, seakan-akan istrinya tidak ada hari lagi untuk mengucapkan cinta. Hingga pukul 10 malam sang istri menelepon dirinya. Menanyakan apakah akan segera pulang atau masih lama di kantor. Sang istri akan membeli beberapa minuman ringan kesukaan lelaki itu. Nanti Nina belikan jus apel dan jambu ya... di minimarket kompleks aja sayang, nggak jauh-jauh.... Pamit sang istri lewat telepon.

Betapa gembiranya lelaki itu. Dia ingin memberi kejutan bahwa dia baru saja mendapatkan tender yang seperempat keuntungan bisa digunakan untuk melunasi rumah luxnya. Ingin dia mengucapkan jutaan terima kasih yang berkat selaksa doa sang istri, dia sering berhasil dalam pekerjaannya. Saking terburu-burunya dia sempat tersandung karpet ruang kerjanya. Satu dua rekan kerjanya heran melihat tingkah lelaki itu. Kunci mobilnya terpelanting jauh ke depan sehingga dia harus merangkak untuk meraihnya kembali. Rasanya sangat lucu kalau ada seorang lelaki dewasa yang jatuh karena tersandung. Entah kenapa, air matanya menitik saat itu. Apa karena terharu sebab telah memenangkan proyek yang besar atau karena telah jatuh, atau merasa lucu saja...?

Lelaki itu berhenti meneruskan ceritanya. Ada sedu sedan di suaranya. Bibirnya bergetar hebat. Tangannya mencengkeram sejumput tanah di hadapannya.

"Iya... aku lelaki yang sangat bodoh. Yang tidak mampu membalas cinta kasih istri meski hanya dengan ucapan saja. Aku tidak menyadari betapa aku sering mengabaikan hatinya. Aku tidak pernah berlaku romantis. Aku tidak pernah gantian memberinya semangat untuk mengerjakan pekerjaan rumah .. Bahkan ketika dia sedang menjalani terapi untuk hamil, aku jarang menanyakan sampai dimana perkembangannya. Padahal dia berusaha untuk bisa mengandung anakku sendiri..."

Kalau aku mampu bicara, aku akan memarahi lelaki itu. Sungguh karena sifat cueknya, dia melalaikan perhatian-perhatian kecil untuk sang istri tercinta. Aku tetap sabar menunggu cerita selanjutnya. Matahari makin tenggelam, tinggal sinar merah jingga tersisa di langit barat.

"Belum lima menit aku menyetir, tiba-tiba istri menelpon. Tapi HP-ku kutaruh disaku celana dan aku kesulitan untuk segera mengeluarkannya. Mendadak mesin mobilku mati. Itu membuatku sangat deg-degan. Belum lagi klakson yang menjerit dari berbagai arah membuatku sangat panik..."

Aku kembali memberi angin segar agar pikirannya sedikit dingin. Air mata tetap menetes deras, membulir di sudut bibir dan lari ke dagunya. Lelaki itu balas menelepon istrinya. Namun alangkah terkejutnya ketika yang mengangkat HP tersebut bukan sang istri, melainkan suara seorang lelaki yang katanya adalah tukang parkir minimarket. Suaranya terdengar cemas diantara rintik hujan ketika itu. Lelaki berkemeja krem itu tidak melanjutkan ceritanya padaku. Tangannya digenggam keras, memukul-mukul paha dan kemudian berlutut di tanah yang basah merah.

"Aku menyesaaal...benar-benar menyesal tidak sempat membalas cintanya. Istriku, maafkan aku... Ninaku sayang.. maafkan abang. Sinar hidupku, kenapa cahayamu lebih dahulu padam?"

Lelaki itu berteriak ditengah matahari yang sudah benar-benar tenggelam. Alam sudah mulai sepi. Burung-burung senja kembali ke sarangnya. Hanya beberapa kelelawar terbang merendah mencari makanan di bumi. Pipi lelaki itu basah dan menyentuh tanah. Remah-remah tanah menyatu dengan wajahnya, seakan ingin ikut dibawa olehnya.

Aku juga ingin sekali menangis, tetapi itu berarti aku akan membuyarkan taburan bunga wangi diatas kuburan yang baru itu. Sebujur jasad wanita yang sangat banyak pelayatnya itu terbaring tenang di situ. Taburan bunga berwarna rupa dan harum semerbak menghiasinya, seakan seperti permadani yang mengalasinya. Lelaki itu masih menangis tersedu-sedu. Memelas kepada Allah agar dibangunkannya kembali sang istri. Berjanji untuk mengucapkan cinta terlebih dahulu sebelum sang istri yang membuka bibirnya. Memohon agar waktu bisa diputar kembali pada saat sang istri mengirim sebuah sms, maka dia akan membalasnya dengan ratusan sms yang serupa. Mencium keningnya setiap sang istri selesai melayani seluruh kebutuhannya. Memberinya ucapan terima kasih setelah membantu pekerjaannya. Ahhhh....sejuta penyesalan tak akan merubah Allah untuk membangunkan jasad yang telah terkubur pagi tadi. Dan lelaki itu tenggelam dalam kuburan penyesalan yang teramat dalam. Kecelakaan yang dahsyat telah merenggut nyawa orang terkasihnya setelah membeli minuman kesukaan lelaki itu di minimarket kompleks.Aku tak tahan melihat dia berputus asa. Aku harus membangunkannya sebelum dia sadar kalau hari sudah gelap. Tidak ada seorang manusiapun yang masih berada di area pekuburan ini.

Aku menggeliat keras, menampar pipinya sehingga membuatnya tersadar bahwa azan maghrib sudah menggema dari kampung sebelah. Lelaki yang masih berurai air mata itu bangun dari gundukan kuburan sang istri. Mataku terpaku pada sepucuk surat merah jambu yang harum itu. Sungguh aku ingin sekali menangis mengetahui kisah cinta yang tragis tersebut. Seorang lelaki yang terlambat menyambut cinta sang istri. Seketika tersadar ketika sang istri sudah terbaring kaku di dalam kubur. Sesal kemudian tidak ada gunanya...

Lelaki berkemeja krem itu sudah menjauh dari pandanganku. Aku mengejarnya. Aku ingin mengucapkan betapa aku juga ikut merasakan kepedihan yang dia alami. Kuberlari kencang ke arahnya hingga pucuk-pucuk daun kamboja bergoyang. Beberapa bunganya gugur diterpa lariku. Aku terlambat. Aku terhempas kebelakang ketika pintu mobil telah ditutup oleh lelaki yang tengah bersedih itu. Aku hanya termangu. Aku tidak bisa berteriak karena aku hanyalah sebarang angin ciptaan Allah. Aku berjanji, jika dia datang menziarahi kubur sang istri... aku akan menghiburnya dengan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan.

----

Istriku...Jika cinta itu harus diucapkan

maka bibirmu tidak akan sempat mengucapkannya

karena aku terlebih dahulu sejuta kali menyebutnya

Istriku...Jika cinta itu harus diwujudkan dengan kecupan

Maka tidak ada tempat yang luput dari kecupanku kepadamu

I

striku...Jika cinta itu harus dibuktikan dengan romantisme

Maka aku akan membuatmu bersemu merah setiap hari

Dan jika cinta itu memerlukan pengorbanan

Maka aku adalah lelaki yang akan menghabiskan segala yang kupunyai

Untuk dikorbankan untukmu demi yakinmu akan cintaku

----

Dan aku sang angin benar-benar menangis membaca puisi di atas sepucuk surat cinta yang berwarna merah jambu yang harum baunya itu. Tititk air mendengar tangsiku, berduyun-duyun jatuh kebumi memenuhi panggilanku. Hujan rintik-rintik mengawali malam yang kelam... Sekelam hati lelaki yang berkemeja krem tadi.


Sabtu, 23 Januari 2010

MENGAPA HATI BISA KERAS?

“Maka celakalah bagi mereka yang keras qalbunya dari berdzikir kepada Allah. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS.Az-Zumar: 22)
Tidaklah Allah memberikan hukuman yang lebih besar kepada seorang hamba selain dari kerasnya qalbu dan jauhnya dari Allah subhanahu wa ta’ala. An-Naar (neraka) adalah diciptakan untuk melunakkan qalbu yang keras. Qalbu yang paling jauh dari Allah subhanahu wa ta’ala adalah qalbu yang keras, dan jika qalbu sudah keras mata pun terasa gersang.
Qalbu/hati yang keras ditimbulkan oleh empat hal yang dilakukan melebihi kebutuhan: makan, tidur, bicara, dan pergaulan. Sebagaimana jasmani jika dalam keadaan sakit tidak akan bermanfaat baginya makanan dan minuman, demikian pula qalbu jika terjangkiti penyakit-penyakit hawa nafsu dan keinginan-keinginan jiwa, maka tidak akan mempan padanya nasehat. Barangsiapa hendak mensucikan qalbunya maka ia harus mengutamakan Allah dibanding keinginan dan nafsu jiwanya. Karena qalbu yang tergantung dengan hawa nafsu akan tertutup dari Allah subhanahu wa ta’ala, sekadar tergantungnya jiwa dengan hawa nafsunya. Banyak orang menyibukkan qalbu dengan gemerlapnya dunia. Seandainya mereka sibukkan dengan mengingat Allah subhanahu wa ta’ala dan negeri akhirat tentu qalbunya akan berkelana mengarungi makna-makna Kalamullah dan ayat-ayat-Nya yang nampak ini, dan ia pun akan menuai hikmah-hikmah yang langka dan faedah-faedah yang indah. Jika qalbu disuapi dengan berdzikir dan disirami dengan berfikir serta dibersihkan dari kerusakan, ia pasti akan melihat keajaiban dan diilhami hikmah.
Tidak setiap orang yang berhias dengan ilmu dan hikmah serta memeganginya akan masuk dalam golongannya. Kecuali jika mereka menghidupkan qalbu dan mematikan hawa nafsunya. Adapun mereka yang membunuh qalbunya dengan menghidupkan hawa nafsunya, maka tak akan muncul hikmah dari lisannya. Rapuhnya qalbu adalah karena lalai dan merasa aman, sedang makmurnya qalbu karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan dzikir. Maka jika sebuah qalbu merasa zuhud dari hidangan-hidangan dunia, dia akan duduk menghadap hidangan-hidangan akhirat. Sebaliknya jika ia ridha dengan hidangan-hidangan dunia, ia akan terlewatkan dari hidangan akhirat. Kerinduan bertemu Allah subhanahu wa ta’ala adalah angin semilir yang menerpa qalbu, membuatnya sejuk dengan menjauhi gemerlapnya dunia. Siapapun yang menempatkan qalbunya disisi Rabb-nya, ia akan merasa tenang dan tentram. Dan siapapun yang melepaskan qalbunya di antara manusia, ia akan semakin gundah gulana. Ingatlah! Kecintaan terhadap Allah subhanahu wa ta’ala tidaklah akan masuk ke dalam qalbu yang mencintai dunia kecuali seperti masuknya unta ke lubang jarum (sesuatu yang sangat mustahil). Jika Allah subhanahu wa ta’ala cinta kepada seorang hamba, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memilih dia untuk diri-Nya sebagai tempat pemberian nikmat-nikmat-Nya, dan Ia akan memilihnya di antara hamba-hamba-Nya, sehingga hamba itu pun akan menyibukkan harapannya hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lisannya senantiasa basah dengan berdzikir kepada-Nya, anggota badannya selalu dipakai untuk berkhidmat kepada-Nya. Qalbu bisa sakit sebagaimana sakitnya jasmani, dan kesembuhannya adalah dengan bertaubat.
Qalbu pun bisa berkarat sebagaimana cermin, dan cemerlangnya adalah dengan berdzikir. Qalbu bisa pula telanjang sebagaimana badan, dan pakaian keindahannya adalah taqwa. Qalbu pun bisa lapar dan dahaga sebagaimana badan, maka makanan dan minumannya adalah mengenal Allah subhanahu wa ta’ala, cinta, tawakkal, bertaubat dan berkhidmat untuk-Nya. (diterjemahkan dan diringkas dari kitab Al Fawaid karya Ibnul Qayyim rahimahullah hal 111-112) NODA NODA DOSA Perbuatan dosa dan maksiat pasti mendatangkan mudharat (kerugian/kejelekan) meskipun antara satu dosa dengan yang lain berbeda-beda tingkat mudharatnya. Tidaklah ada kejelekan di dunia dan akhirat kecuali pasti disebabkan dosa dan maksiat. Apa yang menyebabkan diusirnya Iblis dari surga dan diputuskan untuk menjadi makhluk yang sengsara selama-lamanya? Apa yang menyebabkan tenggelamnya manusia di masa Nabi Nuh? Apa yang menyebabkan terhempasnya kaum ‘Aad oleh angin yang begitu dahsyat? Apa yang menyebabkan kaum Nabi Luth dibalik bersama buminya sehingga yang bawah menjadi di atas dan yang atas menjadi di bawah? Apa yang menyebabkan Fir’aun bersama bala tentaranya tenggelam di tengah lautan? Apa yang menyebabkan Qarun tengelam ke dalam bumi bersama harta kekayaannya? Apa yang menjadikan sekelompok orang Yahudi diubah bentuknya menjadi babi dan kera? Apa yang menyebabkan semua itu kalau bukan dosa dan maksiat? Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Telah nampak kerusakan di darat dan lautan dengan sebab apa yang dilakukan oleh tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar." (QS.Ar-Rum: 41) Abdullah bin Umar bin Khatthab mengatakan: “Aku adalah yang kesepuluh dari sepuluh orang muhajirin yang berada di sisi Nabi maka beliau menghadapkan wajahnya kepada kami kemudian mengatakan: ‘Wahai muhajirin ada lima perkara, saya berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk kalian dapati lima perkara itu: Tidaklah muncul kekejian pada sebuah kaum dan mereka menampakkannya kecuali mereka akan diberi cobaan dengan wabah pes dan penyakit-penyakit yang tidak pernah ada pada orang-orang yang hidup mendahului mereka. Tidaklah sebuah kaum mengurangi timbangan dan ukuran kecuali mereka akan dicoba dengan kemarau panjang, krisis bahan makanan dan kedzaliman serta kecurangan penguasa. Tidaklah sebuah kaum menahan dari pembayaran zakat dari harta mereka kecuali mereka akan dihalangi dari setetes air dari langit, kalaulah bukan karena binatang-binatang niscaya tidak akan diberi hujan. Tidaklah sebuah kaum menyelisihi janji kecuali Allah akan kuasakan kepada mereka musuh dari selain mereka sehingga musuh-musuh itu akan mengambil sebagian yang dimiliki oleh kaum itu. Dan tidaklah pimpinan-pimpinan mereka tidak mengamalkan apa yang Allah turunkan dalam kitab-Nya kecuali Allah akan menjadikan pertikaian di antara mereka sendiri. [Shahih, HR Ibnu Majah no:4019 dishahihkan oleh As Syaikh al Albani, lihat Sisilah As-Shahihah no.106-107] Demikianlah maksiat akan menimbulkan sekian banyak kejelekan sebagaimana disebutkan Ibnul Qayyim: 1. Bahwasanya maksiat akan menghalangi ilmu. Karena sesungguhnya ilmu adalah cahaya yang Allah berikan kepada seorang hamba dan maksiat akan memadamkannya. 2. Maksiat menyebabkan terhambatnya rizqi, sebagaimana takwa itu akan menyebabkan datangnya rizqi maka meninggalkan takwa akan menyebabkan kefakiran. 3. Maksiat menyebabkan hati gelisah dalam berhubungan dengan Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak ada padanya kenikmatan sama sekali. Ini tidak disadari kecuali oleh pemilik hati yang hidup. Adapun hati yang mati tidak bisa menyadarinya. Bagai mayat yang tak dapat merasakan sakit atas luka yang mengenainya. 4. Maksiat menyebabkan ketidakharmonisan hubungan hamba dengan sesamanya. Lebih-lebih orang-orang yang baik, sampai sebagian pendahulu kita mengatakan: “Sungguh aku berbuat maksiat kepada Allah dan aku melihat pengaruhnya pada binatang kendaraanku dan istriku.” 5. Menyebabkan sulitnya segala urusan, sehingga ia tidak menuju sebuah urusan kecuali ia dapati dalam keadaan buntu. 6. Maksiat menyebabkan terhambatnya ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. 7. Maksiat menyebabkan lemah qalbu dan jasmaninya, karena kekuatan jasmani itu berasal dari batin maka tatkala batinnya lemah lahiriah nyapun lemah. 8. Menghilangkan keberkahan umur. 9. Maksiat menyebabkan kegelapan dalam hati seperti halnya ia merasakan kegelapan malam yang pekat.
(Diambil dari kitab Ad-Da’u wad Dawa’u karya Ibnu Qoyyim al Jauziyyah oleh Al Ustadz Qomar Suaidi. Sumber www.asysyariah.com)




Minggu, 20 Desember 2009

My Confession on Facebook

Assalamualaikum Wr Wb
Alhamdulillah, terima kasih atas support dan perhatian kawan2 terhadap saya.
Nampaknya,sekata seucap dalam status Facebook sangat mempengaruhi judgement atau prasangka dari kawan2 Facebookers.
Tehadap status saya di Facebbok, terlebih dahulu saya berterima kasih atas perhatian kawan-kawan yang mengalir begitu derasnya sebagai tanda kepedulian dan kasih sayang yang besar terhadap saya. Namun seiring dengan itu, dengan besar hati dan penuh kerendahan saya meminta maaf jika kawan2 menjadi repot dan berat memikirkan status FB saya. Astaghfirullah...
Dari status itu inbox saya jadi penuh dengan pesan yang sangat mengharukan, berisi perhatian dan support agar saya mampu melewati ujian tersebut. Disatu sisi mereka berusaha tidak menebak2 (berprasangka baik) apa yang melatarbelakangi saya menulis status itu. Disisi lain saya berdosa karena sudah membuat kawan2 menjadi melebarkan dugaannya kalau ada apa-apa terhadap kehidupan pribadi antara saya dan suami.Ada yang memberi komentar:”yang jelas, cerai itu dibenci Allah”, ada yang berkomentar:”suami mau menyusul Aa Gym ya?”Jujur, itu membuat saya tercengang karena status FB. Mereka tidak bersalah. YANG BERSALAH ADALAH SAYA MEMBUAT STATUS FACEBOOK YANG MENGGANTUNG. DITAMBAH LAGI KONDISI SAYA YANG TENGAH SAKIT PLUS KEGIATAN SEABREK YANG MEMBUAT SAYA SULIT MENYENTUH FACEBOOK UNTUK MENG-UPDATE ATAU SETIDAKNYA MEMBUAT KLARIFIKASI agar tidak makin runyam prasangka teman2.
Keadaan sebenarnya adalah memang saya sedang berada dalam kesedihan yang mendalam. Saya mempunyai banyak piala cinta yang ditaruh di dalam hati yang diperuntukkan untuk suami, keluarga tercinta dan kaum muslimin lainnya. Namun ada piala khusus yang saat ini saya merasa berat untuk menjadi milik orang lain. Piala untuk perempuan yang tak akan hilang cintanya di dalam darah hati ini. Yang tak akan terhapus jejaknya yang karena air susu beliaulah, Allah menguasakan saya menjadi seorang wanita berusia 30 tahun yang sempurna tanpa cacat.
Beliau adalah almarhumah mama yang wafat pada 4 Februari 2009. Jika karena bukan keimanan terhadap taqdir Allah, rasanya saya ingin Allah mengembalikan beliau ke dunia ini lagi. Jika bukan karena iman dengan taqdir Allah, maka saya rasanya ingin meminta agar kanker payudara tidak bersarang di tubuh suci beliau. Seorang wanita sholihah yang selalu menutup aurat diri dan keluarganya. Perempuan yang keras kemauan namun pandai bersyukur, mahir mengatur keuangan keluarga namun rajin bersedekah dan mudah menangis jika ada yang membuat beliau trenyuh.
Bagaimana mungkin piala cinta nomor satu itu saya berikan kepada perempuan lain? Seorang perempuan yang membuat seluruh keluarga bahkan anak2 bapak geleng-geleng kepala, menyuruh bapak untuk berpikir ulang terhadap pilihan beliau tsb? Saat ini, kami selaku anak2 sedang berusaha memahami keinginan bapak, meski butuh waktu yang tidak sebentar.
Kami sangat paham jika kondisi bapak masih memiliki banyak kegiatan sehingga beliau memerlukan pendamping lagi. Kami semua ingin bapak bahagia. Kami ingin bapak ada yang merawat. Meski kami sayang dengan bapak, tapi tak mungkin kami 24 jam berada disamping beliau karena kami juga memiliki kewajiban mencari nafkah, serta memenuhi hak keluarga masing. Jadi walaupun berat hati, kami mengizinkan bapak menikah lagi.
JADI KAWAN2.... MASALAH YANG SEBENARNYA ADALAH KEINGINAN BAPAK UNTUK MELANJUTKAN RUMAH TANGGA DENGAN PEREMPUAN PILIHAN YANG KELAK AKAN KAMI PANGGIL DENGAN SEBUTAN "IBU"
Mungkin teman-teman akan tertawa melihat kekhawatiran saya. Teringat masa dulu sewaktu kawan akrab kehilangan sang ibu. Begitu bapaknya akan menikah lagi, kawan saya betul2 menentang keinginan sang bapak. Mengancam untuk berhenti sekolah, mogok makan, mogok bicara, bahkan minggat dari rumah. Saya memberi masukan kepada teman tersebut agar mengizinkan bapaknya menikah lagi. Saya meyakinkan kawan tersebut bahwa semuanya akan baik2 saja dan gampang diatur. Saat itu saya betul2 tidak memahami bagaimana perasaan dirinya mendengar akan ada pengganti dari almarhumah ibunya.
Sekarang sayapun merasakan hal yang sama. Gundah gulana, sedih dan menyesalkan keputusan bapak untuk menikah secepat itu. Tidak semudah seperti yang dinasehatkan kawan2 kepada saya. Tidak se-enteng seperti membawa selembar kertas , karena ini adalah persoalan bagaimana mengangkat beban hati mengikhlaskan hadirnya ibu baru. Meski bibir ini menyatakan gembira dan setuju dengan pernikahan bapak, namun hati ini tetap butuh proses untuk bisa menerimanya.
Insya Allah dengan bantuan kawan2, saya berusaha untuk bisa mengambil hikmah dari segala taqdir yang sudah Allah gariskan tersebut. Jadi kawan2…saya minta maaf yang sebesar2nya karena sudah membuat kawan2 berprasangka dalam kepada rumah tangga saya. Beberapa hari ini, saat saya sakit Alhamdulillah suami selalu berada disamping. Membelikan makanan yang saya sukai, memasak apa yang beliau bisa. Mencuci dan menyetrika baju kami, berikut membereskan piring2 dan dapur. Disamping itu, setiap malam mengajak saya shopping untuk sekedar melupakan sakit radang tenggorokan yang saya derita. Jadi tidak benar jika tidak ada keharmonisan lagi di dalam rumah tangga ini.
Sekali lagi, saya meminta maaf jika status saya membuat kawan2 berfikiran macam2 terhadap kami. Kepada Allah kami mohon ampun...

Selasa, 15 Desember 2009

Saat Usaha Tidak Membuahkan Hasil

Seperti mencuci sebuah pakaian kotor. Sehebat apa pun Anda mencuci. Dengan deterjen merk apa pun. Pakaian kotor tidak akan pernah bersih jika menggunakan air yang kotor. Jadi bukan bagaimana cara mencuci dan deterjennya apa, tetapi masalahnya ada di air yang digunakan.

Lalu bagaimana hubungannya dengan masalah diatas? Sama saja, jika usaha-usaha kita seolah tidak membuahkan hasil, ada sesuatu yang salah pada diri kita. Hal itu adalah pola pikir kita. Semua tindakan, pemikiran, dan perasaan kita akan tergantung dari pikiran bawah sadar kita. Pikiran bawah sadar ini memiliki pola (cetakan) sehingga apa pun yang dihasilkan akan sesuai dengan cetakan tersebut.

Cetakan ini dibentuk sejak kita kecil oleh lingkungan sekitar kita. Kabar baiknya, pola pikir kita bisa diubah. Pola gagal pun bisa kita ubah menjadi pola sukses, asal tahu caranya. Masalah pola pikir Anda yang Anda miliki saat ini adalah masalah percaya diri. Ada sebuah perasaan bahwa Anda tidak akan mampu. Penyebabnya adalah kegagalan-kegagalan Anda dimasa lalu.

Adalah fakta bahwa Anda memang pernah gagal. Semua orang juga pernah gagal, termasuk saya, bahkan para Nabi sekalipun pernah gagal.

Namun kata siapa Anda tidak akan pernah bisa berhasil? Itu hanya opini Anda saja. Hanya anggapan Anda saja. Masalahnya, meskipun itu hanya opini tetapi bisa membawa hasil nyata. Jika Anda berpikir Anda tidak mampu, maka Anda tidak akan mampu. Sebaliknya, jika Anda berpikir mampu, insya Allah Anda akan mampu.

Sekarang, langkah pertama untuk memperbaiki semuanya ialah dengan mengubah anggapan bahwa Anda sebenarnya mampu. Anggapan sebaliknya adalah anggapan yang keliru. Tidak apa-apa itu masa lalu. Maafkan diri Anda atas kekeliruan ini. Semua orang pernah mengalami kekeliruan seperti Anda. Jadi maafkanlah diri Anda.

Jika Anda bisa mengingat kegagalan Anda. Berarti, Anda juga bisa mengingat keberhasilan Anda. Anda pernah mengalami keberhasilan bukan? Semua orang pernah. Apa pun itu, pasti pernah. Coba ingat lagi, ada bukan? Artinya apa? Artinya adalah, Anda pun bisa berhasil. Kegagalan diantara keberhasilan itu wajar. Ambil hikmah, coba lagi. Semakin lama akan semakin mahir.

OK, saya kira sampai disini sudah cukup untuk membuka pikiran dan harapan bahwa kehidupan yang lebih baik bisa Anda raih. Tentu tidak cukup sampai disini. Artikel ini baru langkah awal untuk membuka pikiran dan harapan Anda. Anda masih perlu belajar lebih lanjut. Mulailah dengan meraih keberhasilan kecil dulu. Coba sampai berhasil. Setelah itu, naikkan tingkat keberhasilan Anda, dan seterusnya.

Tunggu tanggal mainnya, Anda, insya Allah, akan menjadi orang hebat.

Sabtu, 12 Desember 2009

Umur yang Mencair Seperti Es

Cepat sekali waktu berlalu. Mengalir tak pernah berhenti. Jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik, bergerak. Waktu tak dapat ditunda, tak dapat ditahan dan tak mungkin ada yang mampu mengulang. Itu artinya, usia kita pun berkurang. Kita... semakin dekat ke liang lahat. Saudaraku, entah, apakah pertambahan dan perguliran waktu itu, berarti mendekatkan diri kita pada kenikmatan surga. Atau mendekatkan kita pada kesengseraan neraka. Nauzubillah....

Rasul saw. Menyifatkan cepatnya perjalanan waktu kehidupan seperti perjalanan seorang musafir yang hanya sejenak berhenti di bawah pohon di tengah perjalanan yang amat panjang. Para ulama juga banyak menguraikan ilustrasi tentang hidup yang amat singkat ini. "Umurmu akan mencair seperti mencairnya es, " kata Imam Ibnul Jauzi. (Luthfu fil Wa'z, 31)

Saudaraku, sahabatku,
Semoga Allah memberkahi sisa usia kita, Permasalah terbesar setiap orang adalah ketika kecepatan umur dan waktu hidupnya tidak seiring dengan kecepatannya untuk menyelamatkan diri dari penderitaan abadi di akhirat. Ketika, usia yang sangat terbatas itu tidak berfungsi sebagai pelindung diri dari beratnya adzab dan siksa Allah swt. Di saat, banyaknya hembusan dan tarikan nafasnya tak sebanding dengan upaya dan jihadnya untuk terhindar dari lubang kemurkaan Allah. Ketika, jumlah detak jantung dan aliran darah yang di pompa di dalam tubuhnya, tak sebanyak gerak dan tingkahnya untuk menjauhi berbagai kemaksiatan yang dapat memunculkan kesengsaraan akhirat.

Saudaraku,
Sesungguhnya jiwa kita adalah milik Allah dan kepada-Nya lah jiwa ini akan kembali....
Suasana hati seperti inilah yang perlu kita tumbuhkan. Adakah di antara kita yang tidak mempunyai dosa? Atau merasa mampu menebus kotoran dan dosa yang telah dilakukan selama puluhan tahun usia yang telah lewat? Tentu tidak. Perasaan kurang, merasa banyak melakukan kemaksiatan, lalu menimbulkan penyesalan adalah bagian dari pintu-pintu rahmat Allah yang akan mengantarkan kita pada taubat. Suasana hati seperti inilah yang akan mendorogng pemilikinya bertekad mengisi hari dengan amal yang lebih untuk menebus kesalahan yang lalu.

Saurdaraku, mari menangguk pahala, meraih rahmat dan ampunan Allah sebanyak-banyaknya sekarang juga. Perbanyaklah dzikir, bersedekah, berjihad dan beramal shalih.....Tak ada kata terlambat untuk melakukan kebaikan. Sekarang dan jangan tunda-tunda lagi niat baik kita.... Semoga Allah meneguhkan kekuatan kita untuk melakukan kebaikan yang kita niatkan...
Amiiin.
(kang Dudung)

Kamis, 05 November 2009

Hati Yang Terindah

Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah yang ada di kota itu. Banyak orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, karena memang benar-benar sempurna. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu. Pemuda itu sangat bangga dan mulai menyombongkan hatinya yang indah.

Tiba-tiba, sebuah suara dari langit pun terbentang ” Mengapa hatimu masih belum seindah hati pak Tua itu ?”. Kerumunan orang-orang dan pemuda itu pun menjadi kaget dan lekas-lekas pergi melihat pak tua yang tidak jauh dari sana. Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka, dimana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain ditempatkan di situ; namun tidak benar-benar pas dan ada sisi-sisi potongan yang tidak rata. Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang karena dicungkil dan tidak ditutup kembali. Pemuda itu tercengang dan berpikir, bagaimana mungkin hati pak tua itu bisa lebih indah ?

Pemuda itu melihat kepada pak tua itu, memperhatikan hati yang dimilikinya dan tertawa ” Anda pasti bercanda, pak
tua”, katanya, “bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan cabikan”. ” Ya”, kata pak tua itu, ” hatimu kelihatan sangat sempurna meski demikian aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka untuk menutup kembali sobekan yang kuberikan. Namun karena setiap sobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang kasar, yang sangat aku hargai, karena itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami bagikan.

Adakalanya, aku memberikan potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas dengan memberikan potongan hatinya. itulah yang meninggalkan lubang-lubang sobekan - - memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan. Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang itu, aku berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubang-lubang itu. Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya itu ?”

Pemuda itu berdiri membisu dan airmata mulai mengalir di pipinya. Dia berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan indah, and merobeknya sepotong. Pemuda itu memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar. Pak tua itu menerima pemberian itu, menaruhnya di hatinya dan kemudian mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu. Sobekan itu pas, tetapi tidak sempurna, karena ada sisi-sisi yang tidak sama rata. Pemuda itu melihat
ke dalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, karena cinta kasih dari pak tua itu telah mengalir kedalamnya. Mereka berdua kemudian berpelukan dan berjalan beriringan.

(dari sebuah sumber)

Minggu, 01 November 2009

SELALU ADA DEBU DOSA

By Muhammad Nuh
Dosa tak ubahnya seperti tiupan angin di tanah berdebu. Wajah terasa sejuk sesaat, tapi butiran nodanya mulai melekat. Tanpa terasa, tapi begitu berbekas. Kalau saja tak ada cermin, orang tak pernah mengira kalau ia sudah berubah.
Perjalanan hidup memang penuh debu. Sedikit, tapi terus dan pasti; butiran-butiran debu dosa kian bertumpuk dalam diri. Masalahnya, seberapa peka hati menangkap itu. Karena boleh jadi, mata kepekaan pun telah tersumbat dalam gundukan butiran debu dosa yang mulai menggunung.
Seorang mukmin saleh mungkin tak akan terpikir akan melakukan dosa besar. Karena hatinya sudah tercelup dengan warna Islam yang teramat pekat. Jangankan terpikir, mendengar sebutan salah satu dosa besar saja, tubuhnya langsung merinding. Dan lidah pun berucap, “Na’udzubillah min dzalik!”
Namun, tidak begitu dengan dosa-dosa kecil. Karena sedemikian kecilnya, dosa seperti itu menjadi tidak terasa. Terlebih ketika lingkungan yang redup dengan cahaya Ilahi ikut memberikan andil. Dosa menjadi biasa.
Rasulullah saw. bersabda, “Jauhilah dosa-dosa kecil, karena jika ia terkumpul pada diri seseorang, lambat laun akan menjadi biasa.”
Dalam beberapa kesempatan, Rasulullah saw. mewanti para sahabat agar berhati-hati dengan sebuah kebiasaan. Karena boleh jadi, sesuatu yang dianggap ringan, punya dampak besar buat pembentukan hati.
Dari Anas Ibnu Malik berkata, “Rasulullah saw. menyampaikan sesuatu di hadapan para sahabatnya. Beliau saw. berkata: ‘Telah diperlihatkan kepadaku surga dan neraka, maka aku belum pernah melihat kebaikan dan keburukan seperti pada hari ini. Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.’ Anas berkata, “Tidak pernah datang kepada sahabat Rasulullah suatu hari yang lebih berat kecuali hari itu.” Berkata lagi Anas, “Para sahabat Rasulullah menundukkan kepala-kepala mereka dan terdengar suara tangisan mereka.” (Bukhari & Muslim)
Sekecil apa pun dosa, terlebih ketika menjadi biasa, punya dampak tersendiri dalam hati, pikiran, dan kemudian perilaku seseorang. Repotnya, ketika si pelaku tidak menyadari. Justru orang lain yang lebih dulu menangkap ketidaknormalan itu.
Di antara dampak dosa yang kadang remeh dan tidak terasa adalah sebagai berikut: pertama, melemahnya hati dan tekad. Kelemahan ini ketika tanpa sadar, seseorang tidak lagi bergairah menunaikan ibadah sunah. Semuanya tinggal yang wajib. Nilai-nilai tambah ibadah menjadi hilang begitu saja. Tiba-tiba, ia menjadi enggan beristighfar. Sementara, hasrat untuk melakukan kemaksiatan mulai menguat.
Kedua, seseorang akan terus melakukan perbuatan dosa dan maksiat, sehingga ia akan menganggap remeh dosa tersebut. Padahal, dosa yang dianggap remeh itu adalah besar di sisi Allah ta’ala.
Di antara bentuk itu adalah ucapan-ucapan dusta. Awalnya mungkin hanya sekadar canda agar orang lain bisa tertawa. Tapi, ucapan tanpa makna itu akhirnya menjadi biasa. Padahal di antara ciri seorang mukmin selalu menghindar dari perbuatan laghwi, tanpa makna. Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (QS. 23: 1-3)
Seorang sahabat Rasul, Ibnu Mas’ud, pernah memberikan perbandingan antara seorang mukmin dan fajir. Terutama, tentang cara mereka menilai sebuah dosa. Beliau r.a. berkata, “Sesungguhnya seorang mukmin ketika melihat dosanya seakan-akan ia berada di pinggir gunung. Ia takut gunung itu akan menimpa dirinya. Dan seorang yang fajir tatkala melihat dosanya, seperti memandang seekor lalat yang hinggap di hidungnya, lalu membiarkannya terbang.” (HR. Bukhari)
Ketiga, dosa dan maksiat akan melenyapkan rasa malu. Padahal, malu merupakan tonggak kehidupan hati, pokok dari segala kebaikan. Jika rasa malu hilang, maka lenyaplah kebaikan. Nabi saw. bersabda, “Malu adalah kebaikan seluruhnya.” (HR. Bukhari Muslim)
Keempat, sulitnya menyerap ilmu keislaman. Ini karena dosa mengeruhkan cahaya hati. Padahal, ilmu keislaman merupakan pertemuan antara cahaya hidayah Allah swt. dengan kejernihan hati.
Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i pernah menuturkan pengalaman pribadinya. Ketika itu, ulama yang biasa disebut Imam Syafi’i ini merasakan adanya penurunan kemampuan menghafal. Ia pun mengadukan hal itu ke seorang gurunya yang bernama Waqi’. Penuturan itu ia tulis dalam bentuk untaian kalimat yang begitu puitis.
Aku mengadukan buruknya hafalanku kepada Waqi’
Beliau memintaku untuk membersihkan diri dari segala dosa dan maksiat
Beliau pun mengajarkanku bahwa ilmu itu cahaya
Dan cahaya Allah tidak akan pernah menembus pada hati yang pendosa

Ada satu dampak lagi yang cukup memprihatinkan. Seseorang yang hatinya berserakan debu dosa enggan bertemu sapa dengan sesama mukmin. Karena magnit cinta dengan sesama ikhwah mulai redup, melemah. Sementara, kecenderungan bergaul dengan lingkungan tanpa nilai justru menguat. Ada pemberontakan terselubung. Berontak untuk bebas nilai.
Perjalanan hidup memang bukan jalan lurus tanpa terpaan debu. Kian cepat kita berjalan, semakin keras butiran debu menerpa. Berhati-hatilah, karena sekecil apa pun debu, ia bisa mengurangi kemampuan melihat. Sehingga tidak lagi jelas, mana nikmat; mana maksiat.