Sabtu, 02 Mei 2009

Mengukur Tingkat Stress Kita Yukkk

dari:inumarulez.blogspot.com
Seorang guru mengatakan "saya merasa gambarnya bergerak tetapi perlahan, seperti bernafas"Gambar-gambar ini dipergunakan untuk mengetahui level stress yang dapat ditangani seseorang.Semakin perlahan pergerakan gambarnya, semakin baik kemampuan seseorang mengatasi stress.Seorang kriminal yang pernah di test mengatakan gambar-gambar tersebut berputar sangat cepat.Seorang usia lanjut dan anak-anak mengatakan gambarnya tidak bergerak.

Gambar-gambar di bawah ini tidak ada yang animasi, semua adalah gambar statis lo.

Silahkan coba dilihat dulu...

Upin dan Ipin, Antara Muatan dan Hiburan

Assalamualaikum Friends....
Saya sedang demam nih. Minum obatnya sudah berkali-kali, tapi tetap saja tidak bisa ngilangin demam itu. Semakin diminum, demam ini semakin menjadi. Memang bukan demam betulan, melainkan kegilaan saya terhadap sebuah film kartun yang patut diacungin jempol. Tidak cukup jempol tangan yang menipis karena sering tulis sms, tapi juga jempol kaki (iiiih, bauuuu).
Kartun asli orang Melayu ini best punya. Ceritanya sangat logis, hampir sama dengan sisi masa kecil yang pernah saya lalui. Kehidupan normal anak-anak yang kadang ceria, kadang sedih.
Upin, Ipin adalah saudara kembar. Sebagai seorang kakak, Upin digambarkan dengan anak kecil (entah usia berapa tahun) yang berjambul. Selalu mengenakan baju berwarna kuning dengan inisial U di dadanya. Sedangkan Ipin, adiknya berkepala botak tanpa sehelai rambutpun yang tumbuh. Bajunya berwarna biru dengan huruf I di dadanya. Ciri khas dia adalah senang mengulang suatu kata lebih dari dua kali. Misalnya: betul betul betulll. Atau: tengok tengok tengokkk.
Tokoh lain yang hidup seatap adalah kak Ros, remaja yang selalu berpakaian sopan ala melayu. Rambut yang dikuncir dan berponi. Sifatnya yang sedikit iseng dan garang, namun sebetulnya sangat menyayangi kedua adik itu. Opah, nenek yang mengasuh mereka sejak kedua orang tua mereka meninggal. Beliau mengajarkan banyak hal kepada ketiga beradik tersebut.
Tak kalah pentingnya adalah kehadiran kawan-kawan sepermainan Upin dan Ipin.
Ada Intan Payung alias si Ihsan. Saya sendiri belum tahu persis apa arti Intan Payung. Mungkin kalau dalam istilah kita adalah anak emas kali....? Apa-apa selalu diladeni. Dia memiliki barang-barang yang mahal dan baru. Kawan yang mengiringi si Intan Payung adalah Hafizi (Fizi). Dia dengan senang hati mengawani plus meladeni Ihsan. Ada juga Mail yang walau masih kecil tapi otak bisnisnya sudah terlihat. Apa-apa dihitung dalam ringgit. Satu-satunya anak perempuan dalam perkawanan itu adalah si Mei-Mei yang mewakili ras keturunan China. Nampaknya, kartun ini memang mengedepankan perbedaan ditengah persamaan. Persamaan untuk mendapatkan pengembangan diri meski itu lewat permainan layaknya yang dilakukan anak-anak. Perbedaan suku tidak menjadi sebuah gap yang menganga. Terbukti ada Jarjit (mewakili kelompok Singh). Dia "membungkus" rambutnya dengan sehelai kain. Konon, rambut yang tumbuh dikepala tidak boleh dicukur sama sekali. Ada Rajoo yang sering membawa sapinya berjalan-jalan. Pokoknya.....coooooool abizzzzzzzz.
Muatan materinya tidak asal-asalan. Tidak ada kantung ajaibnya Doraemon yang mampu mengeluarkan apa aja yang diminta oleh Nobita dan kawan-kawannya. Di sini, anak-anak secara alami harus berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Tidak ada kata-kata yang berbau dewasa seperti yang diucapkan Sinchan. Anak-anak tumbuh secara natural dalam dunianya yang polos. Hanya saja ada sedikit kekerasan yang dilakukan oleh kak Ros jika Upin dan Ipin bandel. Tangannya tak segan melayang ke pipi mereka. Sayang ya....? Tapi mungkin memang sudah di-set untuk tokoh kak Ros. Karena secara tidak langsung dia menjadi pengganti peran orang tua yang sudah meninggal.
Setiap saya buka youtube pasti mataku terpaku pada Upin dan Ipin. Padahal, episode-episode tersebut sudah saya tonton sebulan yang lalu. Artinya, dalam sehari saya bisa menonton lebih dari 2 kali. Dalam satu minggu, bisa mencapai 14 kali. Dan dalam satu bulan.... berapa kali ya?
Intinya, saya menikmati sajian kartun dengan konten yang ringan namun dikemas apik. Saya menikmati wajah Upin dan Ipin yang berkepala plonthos menthos. Saya menikmati teman-teman Upin dan Ipin yang semuanya memiliki rambut yang normal. Menikmati kegarangan kak Ros, menikmati lembut dan pengasihnya Opah. Suara dan logat bicaranya juga sangat saya nikmati. Apalagi disaat mereka sedang tertawa ceria....seperti musik yang paling indah deh (bweehhh...segitunya).
Betul-betul sebuah hiburan yang bermutu.
Di Indonesia.... ada gak yang mau nyusul untuk membuat kartun semacam ini?

Jumpa Lagi

Assalamualaikum Friends...
Maaf nih, sudah lama saya tidak berbagi cerita dengan Friends... Beberapa agenda besar Alhamdulillah telah sukses diselesaikan. Diantaranya adalah pergantian periodesasi kepengurusan Arisan Muthawwa di Qatar yang tidak bisa dianggap sepele. Saya harus menyiapkan beberapa tekhnis yang bersangkutan dengan jalannya alih kepemimpinan itu. Akhirnya, dengan dibantu sokongan oleh seluruh anggota arisan, pemindahkekuasaan itu berhasil tanpa hambatan yang berarti. Terima kasih banyak ya...
Sebuah ide yang sangat bagus berasal dari bu Yeni Amir. Pemilihan itu di-set seperti kita jalanin PEMILU. Proses pertama adalah pemilihan Aleg alias anggota legislatif. Setelah itu dari kertas suara (cieeee..), maka hasilnya mengerucut. Dari nama-nama itulah dipilih lagi "oknum" Koordinator, Sekretaris dan Bendahara.
At the end, terpilihlah koordinator baru yang digawangin oleh bu Irma Nizam. Sementara sekretarisnya adalah Ummu Aufa dengan bendahara bu Siti Yahya. Dua orang terakhir rupanya adalah "idola" para anggota, sehingga beliau-beliau terpilih kembali untuk menduduki jabatan ini. Selamat deh buat mereka. Kami yakin, kepemimpinan kali ini akan lebih baik dari periode lalu.
Ibaratnya saya adalah orang yang lebih dahulu disuruh jalan. Disitu saya terjeblos ke beberapa lubang, kemudian menginjak duri-duri yang lumayan tajam (halahhh, heboh banget kayaknya).
Saya bersyukur bisa menjadi orang yang lebih dahulu menemukan lubang dan duri itu (meski pinginnya sih gak "apes" gitu). Ha ha ha.
Sekarang saya bisa bernafas lega. Terus-terang, menjadi koordinator itu tidaklah mudah. Apalagi ibu-ibu Muthawwa cerdas-cerdas. Saya lumayan mengalami kesulitan mengimbangi pikiran/ide brilliant mereka. Ha ha ha.
Secara pribadi, saya memohon keikhlasan untuk memaklumi serta memaafkan kesalahan yang telah diperbuat. Kekurangan tersebut semata-mata adalah keterbatasan yang berasal dari diri saya (so, sudilah kiranya share ilmu dengan saya). Namun jika ada kelebihan, tentunya itu berkat bimbingan Allah dan dukungan dari ibu-ibu.
Wassalam