Minggu, 20 Desember 2009

My Confession on Facebook

Assalamualaikum Wr Wb
Alhamdulillah, terima kasih atas support dan perhatian kawan2 terhadap saya.
Nampaknya,sekata seucap dalam status Facebook sangat mempengaruhi judgement atau prasangka dari kawan2 Facebookers.
Tehadap status saya di Facebbok, terlebih dahulu saya berterima kasih atas perhatian kawan-kawan yang mengalir begitu derasnya sebagai tanda kepedulian dan kasih sayang yang besar terhadap saya. Namun seiring dengan itu, dengan besar hati dan penuh kerendahan saya meminta maaf jika kawan2 menjadi repot dan berat memikirkan status FB saya. Astaghfirullah...
Dari status itu inbox saya jadi penuh dengan pesan yang sangat mengharukan, berisi perhatian dan support agar saya mampu melewati ujian tersebut. Disatu sisi mereka berusaha tidak menebak2 (berprasangka baik) apa yang melatarbelakangi saya menulis status itu. Disisi lain saya berdosa karena sudah membuat kawan2 menjadi melebarkan dugaannya kalau ada apa-apa terhadap kehidupan pribadi antara saya dan suami.Ada yang memberi komentar:”yang jelas, cerai itu dibenci Allah”, ada yang berkomentar:”suami mau menyusul Aa Gym ya?”Jujur, itu membuat saya tercengang karena status FB. Mereka tidak bersalah. YANG BERSALAH ADALAH SAYA MEMBUAT STATUS FACEBOOK YANG MENGGANTUNG. DITAMBAH LAGI KONDISI SAYA YANG TENGAH SAKIT PLUS KEGIATAN SEABREK YANG MEMBUAT SAYA SULIT MENYENTUH FACEBOOK UNTUK MENG-UPDATE ATAU SETIDAKNYA MEMBUAT KLARIFIKASI agar tidak makin runyam prasangka teman2.
Keadaan sebenarnya adalah memang saya sedang berada dalam kesedihan yang mendalam. Saya mempunyai banyak piala cinta yang ditaruh di dalam hati yang diperuntukkan untuk suami, keluarga tercinta dan kaum muslimin lainnya. Namun ada piala khusus yang saat ini saya merasa berat untuk menjadi milik orang lain. Piala untuk perempuan yang tak akan hilang cintanya di dalam darah hati ini. Yang tak akan terhapus jejaknya yang karena air susu beliaulah, Allah menguasakan saya menjadi seorang wanita berusia 30 tahun yang sempurna tanpa cacat.
Beliau adalah almarhumah mama yang wafat pada 4 Februari 2009. Jika karena bukan keimanan terhadap taqdir Allah, rasanya saya ingin Allah mengembalikan beliau ke dunia ini lagi. Jika bukan karena iman dengan taqdir Allah, maka saya rasanya ingin meminta agar kanker payudara tidak bersarang di tubuh suci beliau. Seorang wanita sholihah yang selalu menutup aurat diri dan keluarganya. Perempuan yang keras kemauan namun pandai bersyukur, mahir mengatur keuangan keluarga namun rajin bersedekah dan mudah menangis jika ada yang membuat beliau trenyuh.
Bagaimana mungkin piala cinta nomor satu itu saya berikan kepada perempuan lain? Seorang perempuan yang membuat seluruh keluarga bahkan anak2 bapak geleng-geleng kepala, menyuruh bapak untuk berpikir ulang terhadap pilihan beliau tsb? Saat ini, kami selaku anak2 sedang berusaha memahami keinginan bapak, meski butuh waktu yang tidak sebentar.
Kami sangat paham jika kondisi bapak masih memiliki banyak kegiatan sehingga beliau memerlukan pendamping lagi. Kami semua ingin bapak bahagia. Kami ingin bapak ada yang merawat. Meski kami sayang dengan bapak, tapi tak mungkin kami 24 jam berada disamping beliau karena kami juga memiliki kewajiban mencari nafkah, serta memenuhi hak keluarga masing. Jadi walaupun berat hati, kami mengizinkan bapak menikah lagi.
JADI KAWAN2.... MASALAH YANG SEBENARNYA ADALAH KEINGINAN BAPAK UNTUK MELANJUTKAN RUMAH TANGGA DENGAN PEREMPUAN PILIHAN YANG KELAK AKAN KAMI PANGGIL DENGAN SEBUTAN "IBU"
Mungkin teman-teman akan tertawa melihat kekhawatiran saya. Teringat masa dulu sewaktu kawan akrab kehilangan sang ibu. Begitu bapaknya akan menikah lagi, kawan saya betul2 menentang keinginan sang bapak. Mengancam untuk berhenti sekolah, mogok makan, mogok bicara, bahkan minggat dari rumah. Saya memberi masukan kepada teman tersebut agar mengizinkan bapaknya menikah lagi. Saya meyakinkan kawan tersebut bahwa semuanya akan baik2 saja dan gampang diatur. Saat itu saya betul2 tidak memahami bagaimana perasaan dirinya mendengar akan ada pengganti dari almarhumah ibunya.
Sekarang sayapun merasakan hal yang sama. Gundah gulana, sedih dan menyesalkan keputusan bapak untuk menikah secepat itu. Tidak semudah seperti yang dinasehatkan kawan2 kepada saya. Tidak se-enteng seperti membawa selembar kertas , karena ini adalah persoalan bagaimana mengangkat beban hati mengikhlaskan hadirnya ibu baru. Meski bibir ini menyatakan gembira dan setuju dengan pernikahan bapak, namun hati ini tetap butuh proses untuk bisa menerimanya.
Insya Allah dengan bantuan kawan2, saya berusaha untuk bisa mengambil hikmah dari segala taqdir yang sudah Allah gariskan tersebut. Jadi kawan2…saya minta maaf yang sebesar2nya karena sudah membuat kawan2 berprasangka dalam kepada rumah tangga saya. Beberapa hari ini, saat saya sakit Alhamdulillah suami selalu berada disamping. Membelikan makanan yang saya sukai, memasak apa yang beliau bisa. Mencuci dan menyetrika baju kami, berikut membereskan piring2 dan dapur. Disamping itu, setiap malam mengajak saya shopping untuk sekedar melupakan sakit radang tenggorokan yang saya derita. Jadi tidak benar jika tidak ada keharmonisan lagi di dalam rumah tangga ini.
Sekali lagi, saya meminta maaf jika status saya membuat kawan2 berfikiran macam2 terhadap kami. Kepada Allah kami mohon ampun...

6 komentar:

  1. mlekum..apakabar sahabatku dr Qatar? lama g bw2 nih... kekhilafan itu pasti ada, krn kita manusia yg tidak sempurna say... namun dr kekhilafan itu kita bisa belajar.. Alhmdlh kl udah clear yaa...btw, FB nya apa? kita belum ketemu di FB....xixixiixx...hug

    BalasHapus
  2. Manusia tidak pernah luput dari kesalahan...Apakah ada hikmah di balik ini semua..?Tentu..!!Salah satunya adalah hadirnya tulisan yang mengharukan ini dan pengertian bahwa sesuatu yang mudah bagi kita,belum tentu mudah bagi orang lain.Hal ini yang akan terus mendorong kita untuk selali belajar tentang empati dan cara berpikir orang lain.

    BalasHapus
  3. apakah skrg sudah diluruska salah paham itu, mbak? smoga sudah ya. kasihan suami yg ketiban tuduhan2 ngga enak. :)

    BalasHapus
  4. @to mbak @yankmira:ho-oh nihhh.lagi buanyaaaak bgt hal yg harus diprioritaskan.penting mendesak mbak,so gak sempat nulis lagi kecuali copas aja.heehh

    BalasHapus
  5. @mba Nurhayati:bener bangets mbak.kadang saya rasa,apa yg dialami kawan itu so simple.tp ternyata pihak yg ngalamin merasa so complicated.bener2 hrs bersikap empati thd perasaan orang lain.masing2 kasus sulit tuk disamakan

    BalasHapus
  6. @mbak de asmara:udah diklarifikasi mbak di FB.dari situ saya belajar biar enggak sembarangan naruh status..ehheheh

    BalasHapus

Suka atau Tidak Suka, Kasih Komentar yaaa...