Sabtu, 18 April 2009

ON VACATION

Hoaaa Hoaaa Hoaaa
Ceritanya lagi nangis nih. Gimana enggak, udah beberapa hari ini saya tidak mood buat nulis. Tak sebuah posting-an pun saya hasilkan. Ujung-ujungnya, saya menyalahkan situasi dan kondisi yang saat ini sedang saya alami.
Yah....dari pada nge-post sesuatu atas dasar "asal ada posting-an", saya memilih untuk vacum dulu tuk sementara waktu ya. Sorry kalau ada yang kecewa saat mengunjungi blog ini, ternyata tidak ada hal yang baru.
Insya Allah saya sedang berusaha tuk melawan ketidakberdayaan, atas nama "sikon yang tidak memungkinkan" ini (padahal, kalau dasarnya emang produktif, dalam hal apapun tetap berproduksi)
Minta maaaaaf banget....

Kamis, 16 April 2009

Karunia Kegagalan (M. Anis Matta Lc.)

Kehidupan ini, sebenarnya lebih mirip pelangi ketimbang sebuah foto hitam putih. Setiap manusia akan merasakan begitu banyak warna kehidupan. la mungkin mencintai sebagian warna tersebut. Tapi yang pasti ia tidak akan mencintai semua warna itu.

Demikian pula dengan perasaan kita. Semua warna kehidupan yang kita alami, akan klta respon dengan berbagai jenis perasaan yang berbeda-beda. Maka ada duka di depan suka, ada cinta di depan benci, ada harapan di depan cemas, ada gembra di depan sedih. Kita merasakan semua warna perasaan itu, sebagai respon kita terhadap berbagai peristiwa kehidupan yang kita hadapi.

Seseorang menjadi pahlawan, sebenarnya disebabkan sebagiannya oleh kemampuannya mensiasati perasaan-perasaannya sedemikian rupa, sehingga ia tetap berada dalam kondisi kejiwaan yang mendukung proses produktivitasnya.

Misalnya ketika kita menghadapi kegagalan. Banyak orang yang lebih suka mengutuk kegagalan, dan menganggapnya sebagai musibah dan cobaan hidup. Kita mungkin tidak akan melakukan itu seandainya di dalam diri kita ada kebiasaan untuk memandang berbagai peristiwa kehidupan secara objektif, ada tradisi jiwa besar, ada kelapangan dada serta pemahaman akan takdir yang mendalam.

Kegagalan, dalam berbagai aspek kehidupan, terkadang diperlukan untuk mencapai sebuah sukses. Bahkan dalam banyak cerita kehidupan yang pernah klta dengar atau baca dari orang-orang sukses, kegagalan menjadi semacam faktor pembeda dengan sukses, yang diturunkan guna menguatkan dorongan untuk sukses dalam diri seseorang. Di sela-sela itu semua, kita juga membaca sebuah cerita, tentang bagaimana kegagalan telah mengalihkan perhatian seseorang kepada kompetensi inti, atau pusat keunggulan, yang semula tidak ia ketahui sama sekali.

ltulah misalnya yang dialami oleh Ibnu Khaldun. Kita semua mengenal nama ini sebagai seorang sejarawan dan filosof sejarah. la telah menulis sebuah buku sejarah bangsa-bangsa dunia dengan sangat cemerlang. Tapi yang jauh lebih cemerlang dari buku sejarah itu adalah tulisan pengantarnya yang memuat kaidah-kaidah pergerakan sejarah, hukum-hukum kejatuhan dan kebangunan bangsa-bangsa. Tulisan pengantar itulah yang kemudian dikenal sebagai Muqoddimah Ibnu Khaldun. Di negeri kita “muqoddimah” buku sejarah ini bahkan sudah diterjemahkan, sementara buku sejarahnya sendiri belum dlterjemahkan.

Buku Muqoddimah itulah yang mengantarkan Ibnu Khaldun untuk men–duduki posisi sebagal filosof sejarah yang abadi dalam sejarah. Tapi mungkin jarang diantara kita yang tahu kalau sesungguhnya buku itu merupakan hasil perenungan selama kurang lebih empat bulan, atas kegagalannya sebagal praktisi politik.

Takdirnya adalah menjadi filosof sejarah. Bukan sebagal politisi ulung. Tapi mungkinkah ia menemukan takdir itu seandainya ia tidak melewati deretan kegagalan yang membuatnya bosan dengan politik, dan membawanya kedalam perenungan-perenungan panjang diluar pentas politik, tapi justru yang kemudian melahirkan karya monumental?

Oleh: Anis Matta Lc.

Senin, 13 April 2009

HAPPY B'DAY 2 U

Met Ultah buat my Cyber Friend, jeng Gembil di Metro-TV. Sorry, more good late from No Same Once (Lebih baik telat dari pada tidak sama sekali-maksa mode on)Salam Buat Kalum bin Gembul Ya...

Sabtu, 11 April 2009

PUAS SUDAH DIRIKYU

Sabtu, 11 April'09
Assalamualaikum Friends...
Hari-hari ini memang saya sedang enggak semangat buat postingan. Tak lain dan tak bukan adalah karena virus mabog yang sewaktu-waktu bisa menyergap para blogger. Apalagi beberapa hari lalu memang ada hal yang harus kami selesaikan.
Well....gara-garanya tadi dakyu dapat surprise dengan kedatangan Bumi yang membawa sesuatu. Apakah sesuatu itu? Yang jelas ia bikin saya tergiling-giling (tergila-gila,kaleee). Saat itu, saya merasa sebagai manusia yang paling lengkap nikmatnya. Ha ha ha.
Menurut Friends, apa yang Bumi bawa? Baju baruuuu....! SALAH. Oh, salah ya? Kalung? Nope...! Gelang? Nopee...! Cincin? Nopeee....! Plis dehhh. Benda itu bukan benda yang bling-bling gituan. Yaaa...kecewa dong Friends yang udah capek-capek nebak. Istri baru.....? Hiksss...raja tega deh. Masa nebaknya sadis amat sihhh. Aduh, serasa ngilu sekali hati ini.
Oke deh dari pada ada yang menebak lebih jauh lagi, akhirnya saya harus ngomong yang sebenarnya.
Sebetulnya ini mungkin bukan perkara yang besar menurut Friends, tapi dia adalah hal yang teramat biasa. Hanya menurut saya, hadiah yang Allah berikan lewat tangan-tangan mahluknya membuat diri ini serasa istimewa. Bukankah kita harus always bersyukur?
Bermula dari Jumat malam dan malam Sabtu (bweehhh, sama aja kaleee)..... Waktu itu ada traktiran dari sobat Bumi (thanx for ustaz Medan totok) di sebuah rumah makan Indonesia. Kalau mau disebutin namanya, harap menghubungi penyedia space iklan ini ya. Hi hi hi. Masakannya lumayan aduhai, cukup mengobati rasa rindu lidah kami tuk merasakan menu Indonesia. Saya lihat daftar menunya ada: bakso, mie ayam, soto, nasi goreng, sate. Lain-lainnya saya enggak inget. Soale yang menarik buat saya waktu itu adalah kelima menu tsb.
Mau pesan mie ayam, saya Insya Allah sedikit bisa membuatnya. Nggak mungkin pesan nasi goreng, karena makanan ini paling sering dijadikan pelarian jika dalam kulkas enggak ada yang bisa dimasak (dan nasgor saya katanya paling sedap di muka bumi ini). Bimbang antara bakso dan soto, akhirnya diriku memilih bakso dengan pertimbangan kalau soto sih saya sanggup sendiri sekedar suatnya (-buatnya-hikssss, mau maksain biar semuanya pake "s"). Sebetulnya pingiiiiin sekali makan sate, tapi tahu ndiri dong. Namanya aja ditraktir masa aji mumpung pilih yang budgetnya gede. Dengan ikhlas hati saya memesan bakso yang ternyata ciamik punya. Mantap euyyyyy. Akhirnya dengan gontai kami pulang membawa perut masing-masing.
Sabtu pagi, giliran Bumi ada undangan silaturahmi di ibu-ibu Q-Chem. Alhamdulillah, ndilalah, Bumi pulangnya bawa se-kresek makanan. Setelah dibuka, wadawwwww....beberapa tusuk sate!. Saya spontan mengucap Alhamdulillah. Eh....masih ada bungkusan kedua. Saya buka pelan-pelan.... Greeeng...!! Aihhhh, saya melompat kegirangan. Ternyata bungkusan tadi berisi urab, makanan yang beberapa hari lalu saya begitu pingiiiiin buat. Tapi karena belum sempat beli bahan, maka saya terpaksa menundanya. Ya Allah....rizki banget nih. Dan, saya lebih happy lagi!!!. Masih ada satu bungkusan yang lebih besar ketimbang keduanya tadi. Saya terkulai karena energinya habis buat anjrot-anjrotan (plisss deh, jangan lebay gitu). Mata saya terbelalak, gigi gemelutuk karena saking pinginnya mengunyah serombongan rempeyek kacang. Ya Allah....kenapa ketiga benda yang sangat saya ingini ini tiba-tiba berada di muka hamba yang banyak dosanya ini?
Saya tersadar, betapa Allah memang Mahapengasih dan Penyayang. Bahkan hamba inipun Allah jatah sedemikian rupa, tanpa melihat betapa menjijikkannya hamba dihadapan-Nya.....
Saya nangis....sungguh rizki Allah itu banyaaaak sekali. Sate, urab dan rempeyek kacang Allah datangkan lewat ibu-ibu Q-Chem, ibu-ibu yang sama sekali saya tidak kenal (kenalan saya sangat tergantung dengan kenalan Bumi. Kalau Bumi kenal, maka saya pun mengenal mereka). Dan Bumipun sebelumnya tidak mengenal mereka. Rizki memang datang dari pintu yang tidak terduga, bukan....? Walau dia hanya secuil, yang orang lain mungkin menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa aja...
Puas sudah dirikyu dengan nikmat-Mu hari itu....

Senin, 06 April 2009

Assalamualaikum Friends..
Saya dapat hitung-hitungan ini dari milist. Lumayan, buat kita terkaget-kaget sedikit. Tapi jangan sampai Fiends stress dengan hasilnya ya? Ntar malah mikir...kok bisa ya begini..? Yuk kita siapkan kalkulator....!

1. Sebutin Tanggal lahir Anda.

2. Kalikan 4 (empat),

3. Tambah 13 (tiga belas),

4. Kalikan 25 (dua puluh lima ),

5. Kurangi 200 (dua ratus),

6. Tambah Bulan lahir Anda,

7. Kalikan 2 (dua),

8. Kurangi 40 (empat puluh),

9. Kalikan 50 ( lima puluh),

10. Tambah dengan dua digit terakhir dari Tahun lahir Anda (Cth: 84),

11. Terakhir kurangi dengan 10.500 (sepuluh ribu lima ratus).

Dan....Tarrraaaa... Angka apa yang anda hasilkan? Sssst....yuk kasih tahu yang lain juga.

Sabtu, 04 April 2009

Pilihan Tempat Berbelanja


Assalamualaikum Friends....

Ngemeng-ngemeng, para ibu pada masak apa nih hari ini? Apapun masakannya, semoga bisa menjadi berkah buat semuanya. Dan bagi yang punya kesulitan dalam menentukan menu, moga-moga dibimbing Allah untuk menemukan menu terbaik (halahhh, kayak tersesat dalam mencari jalan kebenaran aja).

Saya suka bingung juga nih. Kalau isi kulkas kosong, saya bingung mau masak apa (ya iyalah, apanya yang mau dimasak). Ujung-ujungnya manfaatin mie instant dulu. Kalau isi kulkas penuh karena habis belanja, saya tetap bingung apa yang harus dimasak karena saking banyak pilihannya. Duhhh, dasar ibu yang enggak kreatif deh saya ini....!

Sekarang saya sedang ingin cerita tentang gimana saya mendapatkan bahan mentah itu. Entah sayur-sayuran, daging-dagingan atau sayur dan daging betulan. Hi hi hi.

Sewaktu saya di Indonesia, untuk kebutuhan dapur selalu belanja di pasar tradisional. Entah itu bumbu-bumbu, sayur, daging, tepung atau minyak. Suasananya hidup banget. Suara bising pedagang yang menawarkan barang plus pembeli yang menawar harga barang, suara ketukan parang yang beradu dengan papan potong yang sedang meng"eksekusi" seonggok daging tak bernyawa itu (ya iya laaah). Belum lagi badan yang tersenggol oleh orang yang lalu lalang karena sesak (catatan: saya hanya menerima senggolan oleh kaum hawa only lho). Kalau di pasar tradisional di daerah saya, sedikiiiit sekali pedagang laki-lakinya. Kecuali mereka yang mendampingi istrinya untuk berjualan. Jadi saya mengambil kesimpulan kalau wanita di daerah saya cendrung mandiri dan mempunyai kontribusi terhadap ekonomi keluarganya. Saya menikmati wajah sederhana mereka. Wajah penuh pengharapan agar dagangannya laku semua. Wajah kesyukuran manakala mendapat untung lebih di hari itu. Ah...memang nadi kehidupan ada disitu.
Saya masih ingat akan kebiasaan mama sewaktu belanja di pasar tradisional adalah tidak pernah menawar harga kepada penjual sayur. Yang menarik, mama malah mengikhlaskan kembalian dari penjual itu. Apalagi cuma seratus-duaratus perak, atau seribuan perak. @ngin kecil bertanya sambil menatap mata beliau"apa mama selalu berbuat begini setiap kali belanja?". Pikir saya kalau terlalu sering melakukannya, jadinya banyak juga uang yang diikhlaskan tuk mereka. Mama tersenyum"ya enggaklah....Itu mama lakukan kalau lagi banyak rizki saja. Dan mama lihat-lihat orang kalau ngasih. Niatnya juga sedekah, Insya Allah enggak rugi", jawab beliau. Dan kebiasaan itu menurun kepada saya.

Jika saya selalu berbelanja di pasar tradisional, bukan berarti saya tidak memantau pasar perkembangan di "ekosistem" lainnya. Contohnya adalah mini market atau supermarket.

Yang saya bicarakan adalah pasal harga barang-barang yang sama baik kwalitas atau jenisnya di pasar tradisional. Jika harga barang, jelas lebih mahal di supermarket. Masalah kelengkapan barang, jelas lebih lengkap di pasar tradisional. Belum lagi kwalitas atau kesegaran dari sayur-sayuran, buah-buahan dan daging-dagingan menurut saya lebih baik pasar tradisional dibandingkan dengan di supermarket. Yang saya tahu, barang-barang berupa sayuran dan buah-buahan itu selalu datang sebelum Shubuh. So, freshhh!.

Kalau masalah kebersihan lingkungan, memang pasar tradisional kalah bersaing. Jika saya belanja di pasar tradisional, saya harus bersiap-siap untuk sedikit mengangkat rok. Atau menahan nafas untuk sementahun eh, sementara waktu. Sebab ada daerah tertentu yang menghasilkan aroma "wangi". Misal di pedagang ikan asin, terasi atau sejenisnya. Belum lagi sampah baik itu berupa sayur/buah yang sengaja dibuang pedagang maupun plastik dan kertas. Bisa kebayang ya, gimana kondisinya kalau habis hujan? Mungkin itulah minusnya pasar tradisional. Dan mungkin faktor keamanan lain, misalnya dikhawatirkan adanya pencopet yang tersembunyi (namanya nyopet ya sembunyi-sembunyi-lah).

Saya tidak "mengharamkan" diri untuk berbelanja di supermarket/mini market. Contohnya untuk kebutuhan semisal sabun, pasta gigi, kosmetik, susu, buku, baju dan masih banyak lagi.
Yang jelas, berbelanja dimana pun adalah pilihan masing-masing, khan Friends? Dan alasan kenapa belanja di tempat yang dia pilih juga adalah haknya masing-masing, khan Friends? Dan untuk belanja kebutuhan gadget terbaru, saya enggak bisa memaksa untuk membelinya di tukang sayur, khan Friends? Halah, pertanyaan yang maksa banget. Memaksa untuk setujuin @ngin, alias memaksa untuk menjawab IYA. Ha ha ha. Udah maksa, ketawa pula. Persis diktator, ya khan Tor? (Maksudnya Tora Sudiro kaleee).
Yang jelas, mari kita selamatkan ekonomi para UKM-ers. Yiiiihhaaaa

Kamis, 02 April 2009

MY MOM'S DIARY


Wanita Bergelar Mama


Assalamualaikum Friends...

Ketika saya menuangkan cerita ini, air mata menetes perlahan. Terbayang oleh saya betapa besar cinta beliau kepada kami, bapak kami, keluarga serta orang-orang yang beliau kenal. Sebelum shubuh sudah membasuh tubuhnya dengan air suci. Dikenakannya mukenah terusan, lalu dihamparkannya sajadah coklat bergambar Ka'bah krem. Saya ingat, saat kedua tangannya diangkat setinggi telinga lalu meletakkan tangan kiri diatas dada, disusul dengan tangan kanan diatas yang kiri. Bibir mungilnya bergerak melafalkan kata-kata indah. Dan saya tidak yakin apakah air yang menetes itu adalah air mata atau sisa dari air wudlu. Saat itu, saya hanya menarik selimut. Pura-pura tidak mendengar isakan beliau. Dada saya berdegup kencang, ada rasa khawatir yang menyelinap. Adakah yang menyakiti hati beliau? Adakah yang membuat risau hatinya yang penuh cinta kasih itu? Saat itu, saya hanya anak perempuan belasan tahun yang belum sensitif terhadap keadaan.
Azan shubuh menjelang, mulai satu dua penghuni rumah kami kelihatan "pergerakannya". Kebiasaan jemaah shubuh di masjid begitu ditekankan oleh orang tua, sehingga kami secara otomatis tergerak sendiri untuk memenuhi panggilan Illahi. Belum lagi rumah kami yang begitu dekat (hanya berjarak 2 meter-an) dengan masjid. Halaman rumah kami adalah halaman masjid, dan halaman masjid adalah halaman rumah kami. Pendek kata, tidak ada alasan buat kami untuk tidak ke masjid.
Saya lihat wajah mama ceria seperti biasa, jauh dari kesan seperti habis mengeluarkan air mata. Dengan cekatan disiapkannya sarapan pagi, meski lauknya mama beli di warung. Beliau juga sempat mencuci baju, menjemurnya dan melakukan aktifitas lainnya selayaknya seorang ibu RT. Sedang saya hanya "kebagian" menyapu lantai, mengepel dan menyiram tanaman.
"makan yang banyak, nanti mau extrakurikuler Pramuka khan?", saya tersenyum sambil menyendok nasi.
"bawa mukenah aja biar enggak kelamaan ngantri dengan kawan-kawan" usul beliau. Saya sering bercerita bahwa betapa lamanya harus mengantri untuk menggunakan mukenah musholla sekolah. Belum lagi bau serta warnanya yang aduhai...bisa bikin muntah (sorry kalau jijik).
Masih banyak sekali bentuk kasih sayang dari mama. Seorang wanita yang orang mengenalnya sebagai Super Woman. Yang masih sempat memimpin sebuah arisan PKK, disamping tugas utamanya sebagai ratu rumah tangga. Masih sempat membersamai para tetangga yang datang silih berganti untuk sekedar berbagi cerita atau tukar pendapat, disamping mengurusi bisnis kecilnya. Sebuah bisnis yang nantinya akan menjadi sumber utama pahala beliau. Ya, ketika usaha bapak mengalami collaps maka bisnis kecil mama berubah menjadi bisnis besar yang mampu mengantarkan kelima anak-anaknya menuju cita-cita.
Mama, wanita itu memang tidak sempat mengungkapkan kata I LOVE YOU kepada kami (seperti kebanyakan orang tua zaman sekarang). Wanita yang tidak sempat menghadiahkan pesta ulang tahun yang ke17 kepada kami (seperti yang dilakukan orang tua zaman sekarang). Tapi kami tidak membutuhkan itu. Semua yang kami butuhkan telah beliau berikan, hingga tak mampu saya sebutkan.
Tatapan mata itu, masih seperti yang dulu. Penuh cinta dan kesungguhan untuk memberikan kebahagiaan untuk kami. Meski kini kami tidak bisa lagi menikmati wajah teduh dan senyum tulus beliau. Meski hanya foto yang kami pandang, cukuplah ia yang berbicara. Betapa perkasanya mama kami. Usia yang dilaluinya penuh dengan kemuliaan, Insya Allah. Cinta kami padamu, mama...kami wujudkan dalam doa panjang. Semoga Allah membukakan pintu gerbang Syurga yang paling tinggi. Mempersilahkan engkau sebagai wanita mulia untuk menghuni serta mengecapi kenikmatan sebagai buah ketaatan di dunia sebelumnya.
Mari mama...kami antar engkau kepada-Nya dengan doa...Tak terasa, air mata ini menetes perlahan...Terbayang oleh saya betapa besar cinta beliau kepada kami, bapak kami, keluarga serta orang-orang yang beliau kenal....